Mawar (2013)
17.58.00
Kadang manusia dibutakan oleh
akalnya sendiri. Mengaku-ngaku sakit hati padahal tidak. Merasa yang paling menderita padahal berkecukupan. Orang yang kuat adalah orang
yang dimanjakan oleh penderitaan namun telah menemukan penawarnya. Memetik buah
masalah bernama hikmah. Menelannya tanpa biji. Meresap ke setiap sendi dan darah.
Ini bukan Mawar.
Hidup itu pilihan. Terpandang atau
memandang. Dipandang atau ditendang. Itulah pilihan pelayan-pelayan dunia. Ini
adalah pilihan Mawar. Sakit, derita, tangis, berdarah, mati dilakukan demi
memajakan indera-indera makhluk bernafas, jari-jari yang gatal dan hati yang
tak hati-hati. Bukan demi Mawar.
Kertas bernilai berpindah dari kulit
ke kulit, kantong ke kantong, mesin ke mesin. Agar Mawar seindah Mawar. Bibirnya
membuihkan suara ke seluruh penjuru mata angin. Ternyata… nyatanya hanya
kentut. Bau tapi kosong. Orang bodoh mengendusnya. Orang bodoh meninggalkannya.
Orang bodoh diam, menyerap dari renggangnya sisi jari yang menutupi dua lubang.
“Bau kentut tak selalu sama. Sayang ‘tuk dilewatkan”, katanya.
Jarum jam enggan terlelap. Tak pernah
sudi jika kehidupan digosipkan lagi. Lagi. Lagi-lagi kehidupan. Mual. Muak, Mawar…
oleh: Thalita Jacinda
0 komentar