­

Setia pada Tangan Telanjang

Di zaman yang makin canggih ini, orang-orang tak perlu kepayahan lagi menyelesaikan tugas dan kebutuhan hariannya. Selama ada sarana ...



Di zaman yang makin canggih ini, orang-orang tak perlu kepayahan lagi menyelesaikan tugas dan kebutuhan hariannya. Selama ada sarana yang dibutuhkan, semua menjadi mudah dan cepat selesai. Sementara kian hari, teknologi secara pesat menerobos lapisan peradaban dunia. Dan aku, terkagum-kagum dengan adanya teknologi bernama mesin cuci.

Mesin cuci berbeda dengan Televisi. Walaupun sama-sama teknologi, jelas fungsi keduanya berbeda. Ah, maksudku begini. Televisi, dimiliki manusia untuk mendapatkan infomasi baik berupa berita maupun hiburan. Tapi bukan berarti dengan kehadiran Televisi di atas buffet ruang keluarga atau di satu sisi ruang tidur menjadikan pemiliknya tidak lagi menonton lakon di pentas teater bukan? Mestinya mereka juga akan membaca portal berita online di internet, membuka sosial media, mendengarkan radio mungkin, atau bercengkrama dan bercanda tawa dengan tetangga. Informasi dan hiburan bisa didapatkan di mana-mana. Mesin cuci memilih membersihkan kain saja. Berdiri tanpa saingan.

Setelah muncul mesin cuci, muncul mesin-mesin lainnya. Mesin cuci piring, mesin lipat baju sampai pesawat tanpa awak (drone) kecil-kecilan. Bagus sih, mengurangi jumlah PRT. Karena aku tidak terlalu senang dengan kehadiran PRT/OB/OG apalagi kalau diperlakukan dengan kurang manusiawi, jujur tidak tega. Aku lebih senang menjadikan mereka teman­­­­. Bukan teman sesama asisten, melainkan sebagai manusia yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Yang bisa diajak curhat and do things together. Lagi pula kalau sudah keenakan punya asisten, jadi serba malas kan?

Saat aku kecil, kami (aku dan keluargaku) pernah punya PRT dan sering berganti-ganti PRT karena tidak cocok dan lain-lain. Cerita tentang PRT ini aku tidak ingat sama sekali karena masih telalu kecil saat itu. My mom told me. Aku berganti-ganti pengasuh karena Ibu bekerja dan tidak sempat urus rumah dan anak-anak. Tapi sejak aku SD hingga sekarang tidak pernah ada PRT di dalam rumah. Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh penghuni rumah terutama Ibuku.

Ibuku seorang wanita karir sekaligus IRT. Beliau bekerja sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore setiap hari Senin sampai Jumat. Pagi-pagi sekali beliau akan berbelanja ke pasar dan sebelum pukul setengah 8 pagi, sebelum berangkat ke kantor, dapat aku pastikan menu sarapan sudah berjejer di atas meja makan. Dan makananpun selalu bervariasi sampai aku tidak bosan-bosan.

Sepulangnya dari kantor, sesegera mungkin ia menyapu, membereskan rumah, membaca berita dan banyak hal lagi. Seringkali beliau membagikan cerita yang dibawanya dari kantor atau ajakan diskusi tentang isu politik teranyar. Dan hei! Dia bercerita sambil menyiapkan makan malam di dapur!

Disaat orang lain berlomba-lomba hidup dalam kemewahan, kenyamanan dan hidup serba praktis, disaat itulah aku mendapat kemewahan dan kenyamanan dari kesederhanaan Ibuku yang pekerja keras dan multi talent. Ah, aku lupa lagi. Dia juga seorang business woman. Di mana dengan uang gaji bulanannya saja, beliau sanggup membeli tiket PP ke Jepang dan jalan-jalan seminggu di sana. Sudah kuperhitungkan jikalau beliau ingin berangkat ke sana tanpa bawa anak dan suami. Atau lebih jauh lagi. Itupun kalau tak ingat keluarga.

Walaupun terkadang beliau mengeluh sakit kepala, pusing, atau kembung karena haid tidak lancar. Sementara aku tak henti-henti memaksanya untuk minum air putih yang banyak. Tapi ini aku anggap wajar sebagai penyakit orang tua atau mungkin wanita yang akan menopause. Lalu beliau akan kembali bersemangat keesokan harinya.

Rutinitas hariannya itu seringkali membuatku tercengang sampai-sampai aku harus memohon Tuhan agar diberi skill semacam itu. Aku memohon agar diberikan kekuatan untuk mandiri seperti Ibuku. Oh bukan, bukan cuma mandiri, tapi juga penyabar, pantang menyerah, solutif, penyayang, pekerja keras dan menaruh percaya pada kebebasan anak-anaknya.

Omong-omong, ada mesin cuci di rumahku. Tapi kami tetap mencuci pakaian secara manual. Dan Ibuku, tidak percaya pada mesin cuci melainkan setia pada tangan telanjang.

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images